Breaking News
- Mendikdasmen Perkenalkan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat
- Belajar dari Banyumas: Gotong Royong Makan Bergizi Gratis dan Gerakan Minum Susu
- Materi Pokok Seleksi Kompetensi Teknis dengan CAT Pengadaan PPPK Kemdikbudristek TA 2024
- Daftar Peserta, Waktu, dan Tempat Seleksi Kompetensi dengan CAT Penerimaan PPPK Kemdikbudristek 2024
- Kemendikdasmen Cegah Kekerasan melalui Tujuh Kebiasaaan Anak Indonesia Hebat
- Hari Guru Nasional 2024, Komitmen Kemendikdasmen untuk Perlindungan dan Peningkatan Kualitas Guru
- Mendikdasmen Dorong Peningkatan Kualitas Guru dan Transformasi Ilmu
- Mendikdasmen Tekankan Pentingnya SDM Unggul dalam Membangun Bangsa
- Ilmuwan Indonesia Australia Bertemu Daring, Bahas Isu Food Waste di kedua negara
- Mendikdasmen Bertemu Kapolri, Bahas Upaya Wujudkan Satuan Pendidikan Aman, Nyaman, dan RAMAH
Tari Jawa dan Betawi Meriahkan Indonesia Day Sekolah Tentara Australia
Keterangan Gambar : Tari Jawa dan Betawi Meriahkan Indonesia Day Sekolah Tentara Australia
Canberra, Kemendikdasmen --- Australian Defence Force Academy (ADFA) bekerja sama dengan Kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra telah menyelenggarakan acara Indonesia Day pada Rabu (23/10). Indonesia Day atau Hari Indonesia di ADFA diisi dengan diskusi mengenai Indonesia, cerita pengalaman siswa yang telah berkunjung ke Indonesia, dan tidak lupa juga sajian budaya berupa tarian Indonesia, nasi tumpeng, serta jajanan pasar Indonesia.
Atdikbud KBRI Canberra, Mukhamad Najib, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya KBRI mengenalkan budaya Indonesia kepada para siswa tentara di Australia. “Para siswa tentara akan memegang peran strategis di masa depan. Kami berharap, pengenalan mereka terhadap Indonesia akan membawa perasaan dekat dan bersahabat dengan Indonesia. Hal ini tentu akan berpengaruh pada menguatkan hubungan kedua negara di waktu yang akan datang,” jelas Najib.
Kegiatan Indonesia Day dimulai dengan diskusi tentang Indonesia yang diisi oleh Greg Fealy, seorang professor dari Australian National University. Greg Fealy merupakan dosen dan peneliti yang banyak melakukan kajian tentang Indonesia. Dalam paparannya, Greg menyampaikan perkembangan sosial politik di Indonesia, khususnya berkaitan dengan demokrasi di Indonesia. Greg mengaku minatnya terhadap Indonesia sudah tumbuh sejak ia kuliah sarjana di Monash University, dan hal tersebut terus berkembang sampai sekarang.
Setelah paparan dari Greg, dua orang mahasiswa Australia yang telah berkunjung ke Indonesia menceritakan pengalaman mereka selama berada di Indonesia. Kedua siswa menyampaikan kekaguman mereka mengenai keberagaman yang ada di Indonesia. Mereka menceritakan mengenai candi Borobudur yang merupakan peninggalan agama Budha dan candi Prambanan yang merupakan peninggalan agama Hindu. Mereka juga terkesima dengan keramahan masyarakat Yogyakarta. Di samping itu, harga-harga yang sangat murah di Yogyakarta membuat mereka senang berada di sana.
Dalam sesi sajian budaya, KBRI mengirimkan dua orang penari yang membawakan tarian Jawa dan Betawi. Estella Aldina membawakan tari Lenggang Nyai yang berasal dari Betawi. Tari Lenggang Nyai terinspirasi dari kisah Nyai Dasimah, seorang wanita Betawi yang menikah dengan pria Belanda, namun ia merasa terkekang dan akhirnya memberontak untuk memperjuangkan hak-haknya. Nama tari ini berasal dari kata “Lenggang” yang berarti gerak gemulai, dan “Nyai” yang mewakili Nyai Dasimah. Tari ini menggunakan musik khas Betawi, Gambang Kromong, sebagai musik tarinya. Tari Lenggang Nyai juga memiliki nilai moral yaitu menyampaikan pesan kepada wanita untuk bijak dalam memilih jalan hidup.
Muhammad Nur Aziz membawakan tari Gambiranom dari Jawa Tengah. Tari ini menceritakan gejolak batin Bambang Irawan, putra dari Arjuna (salah satu tokoh utama dalam epos Mahabarata), yang sedang jatuh cinta kepada putri Dewi Titisari. Gejolak batin Bambang Irawan disebabkan Dewi Titisari akan dinikahkan dengan pria lain. Gejolak itu digambarkan dalam gerakan-gerakan seperti Bambang Irawan membayangkan seolah-olah Dewi Titisari berada di dekatnya, yang membuatnya ingin memeluknya, tapi akhirnya ia menyadari bahwa itu hanya khayalannya saja. Terdapat juga gerakan yang menggambarkan Bambang Irawan sedang berhias dan memperindah penampilannya, agar terlihat sempurna di hadapan Dewi Titisari. Nama tari ini berasal dari nama lain Bambang Irawan, yaitu Prabu Gambiranom.
Para siswa tentara dan tamu yang hadir kemudian bersama-sama menikmati makan siang berupa nasi tumpeng yang lengkap dengan lauknya seperti urapan, ayam, telur, dan lain-lain. Selain itu, tersedia juga jajanan pasar seperti kue lapis, klepon, onde-onde, dan jajanan pasar lainnya. Para siswa tentara tampak sangat menikmati makanan Indonesia. Menurut mereka makanan Indonesia memiliki rasa yang khas.
Dalam kesempatan tersebut, dosen Studi Indonesia ADFA, Zara Maxel menyampaikan terima kasihnya kepada Atdikbud KBRI Canberra yang telah bekerja sama dalam menyelenggarakan kegiatan Indonesia Day di ADFA. Menurut Zara, kegiatan ini juga sekaligus untuk merayakan siswa tingkat tiga yang telah menyelesaikan ujiannya. “Kami berharap dukungan KBRI yang terus menerus pada waktu yang akan datang, sehingga kita dapat sama-sama mempromosikan Indonesia kepada para siswa di ADFA,” tutup Zara. (M. Najib, Aline/Editor: Rayhan, Denty)
Atdikbud KBRI Canberra, Mukhamad Najib, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya KBRI mengenalkan budaya Indonesia kepada para siswa tentara di Australia. “Para siswa tentara akan memegang peran strategis di masa depan. Kami berharap, pengenalan mereka terhadap Indonesia akan membawa perasaan dekat dan bersahabat dengan Indonesia. Hal ini tentu akan berpengaruh pada menguatkan hubungan kedua negara di waktu yang akan datang,” jelas Najib.
Kegiatan Indonesia Day dimulai dengan diskusi tentang Indonesia yang diisi oleh Greg Fealy, seorang professor dari Australian National University. Greg Fealy merupakan dosen dan peneliti yang banyak melakukan kajian tentang Indonesia. Dalam paparannya, Greg menyampaikan perkembangan sosial politik di Indonesia, khususnya berkaitan dengan demokrasi di Indonesia. Greg mengaku minatnya terhadap Indonesia sudah tumbuh sejak ia kuliah sarjana di Monash University, dan hal tersebut terus berkembang sampai sekarang.
Setelah paparan dari Greg, dua orang mahasiswa Australia yang telah berkunjung ke Indonesia menceritakan pengalaman mereka selama berada di Indonesia. Kedua siswa menyampaikan kekaguman mereka mengenai keberagaman yang ada di Indonesia. Mereka menceritakan mengenai candi Borobudur yang merupakan peninggalan agama Budha dan candi Prambanan yang merupakan peninggalan agama Hindu. Mereka juga terkesima dengan keramahan masyarakat Yogyakarta. Di samping itu, harga-harga yang sangat murah di Yogyakarta membuat mereka senang berada di sana.
Dalam sesi sajian budaya, KBRI mengirimkan dua orang penari yang membawakan tarian Jawa dan Betawi. Estella Aldina membawakan tari Lenggang Nyai yang berasal dari Betawi. Tari Lenggang Nyai terinspirasi dari kisah Nyai Dasimah, seorang wanita Betawi yang menikah dengan pria Belanda, namun ia merasa terkekang dan akhirnya memberontak untuk memperjuangkan hak-haknya. Nama tari ini berasal dari kata “Lenggang” yang berarti gerak gemulai, dan “Nyai” yang mewakili Nyai Dasimah. Tari ini menggunakan musik khas Betawi, Gambang Kromong, sebagai musik tarinya. Tari Lenggang Nyai juga memiliki nilai moral yaitu menyampaikan pesan kepada wanita untuk bijak dalam memilih jalan hidup.
Muhammad Nur Aziz membawakan tari Gambiranom dari Jawa Tengah. Tari ini menceritakan gejolak batin Bambang Irawan, putra dari Arjuna (salah satu tokoh utama dalam epos Mahabarata), yang sedang jatuh cinta kepada putri Dewi Titisari. Gejolak batin Bambang Irawan disebabkan Dewi Titisari akan dinikahkan dengan pria lain. Gejolak itu digambarkan dalam gerakan-gerakan seperti Bambang Irawan membayangkan seolah-olah Dewi Titisari berada di dekatnya, yang membuatnya ingin memeluknya, tapi akhirnya ia menyadari bahwa itu hanya khayalannya saja. Terdapat juga gerakan yang menggambarkan Bambang Irawan sedang berhias dan memperindah penampilannya, agar terlihat sempurna di hadapan Dewi Titisari. Nama tari ini berasal dari nama lain Bambang Irawan, yaitu Prabu Gambiranom.
Para siswa tentara dan tamu yang hadir kemudian bersama-sama menikmati makan siang berupa nasi tumpeng yang lengkap dengan lauknya seperti urapan, ayam, telur, dan lain-lain. Selain itu, tersedia juga jajanan pasar seperti kue lapis, klepon, onde-onde, dan jajanan pasar lainnya. Para siswa tentara tampak sangat menikmati makanan Indonesia. Menurut mereka makanan Indonesia memiliki rasa yang khas.
Dalam kesempatan tersebut, dosen Studi Indonesia ADFA, Zara Maxel menyampaikan terima kasihnya kepada Atdikbud KBRI Canberra yang telah bekerja sama dalam menyelenggarakan kegiatan Indonesia Day di ADFA. Menurut Zara, kegiatan ini juga sekaligus untuk merayakan siswa tingkat tiga yang telah menyelesaikan ujiannya. “Kami berharap dukungan KBRI yang terus menerus pada waktu yang akan datang, sehingga kita dapat sama-sama mempromosikan Indonesia kepada para siswa di ADFA,” tutup Zara. (M. Najib, Aline/Editor: Rayhan, Denty)